Friday, 2 March 2018

Diskusi Summit Atack Gn. Ciremai ,Muncak Atau Tidak???

DISKUSI SUMMIT ATACK GN. CIREMAI ,MUNCAK ATAU TIDAK???
suasana pagi di pos 5 ki bima 
(ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya yang berjudul " gagal menggapai puncak Gn. Ciremai karena cuaca extream".
Setelah kita merasa cukup istirahat pagi pukul 6 kita bangun, tak lama setelah terbangun langsung saja kita masak dan kebetulan  saat itu kita membawa beberapa pisang buat di bikin pisang goreng, itu salah satu perbekalan wajib yang harus di bawa dan masuk dalam daftar pokok logistic jika saya sedang mendaki bareng Rahma, karena memang makanan kesukaanya dia, dan beberapa kali naik gunung juga sama dia selalu bawa pisang , saya juga suka lah kalau makan mah, apa ajah juga di hajar di gunung mah hahhaa,
Sambil membuat pisang goreng kita sedikit berbincang dan mendengarkan pengalaman mang ali ketika melakukan pendakian ke Gn. Argopuro dulu, biar tidak terlalu jenuh juga dan lumayan kan dapat referensi lebih dari dia, sambil berdiskusi tentang perjalanan hari ini, APAKAH KITA AKAN KE PUNCAK ATAU PULANG?
jalur pendakian menuju puncak
Mang ali sempat mengusulkan untuk turun saja karena cuaca saat itu juga memang tidak terlalu mendukung, saya sih turun hayo muncak hayo , tapi saat itu Rahma juga pengen mencoba dulu ke puncak, saya juga sempat mengusulkan untuk mencoba dulu sesampainya saja, jika hujan turun kita langsung turun kembali ke camp,yah masa iya juga menyerah sebelum mencoba,, akhirnya kita ber3 sepakat untuk mencoba melanjutkan perjalanan ke puncak, dengan catatan “ SESAMPAINYA DAN KEMBALI JIKA CUACA MEMBURUK”, kita mencoba bukan sekedar asal menghilangkan rasa penasaran,tapi dengan mengutamakan keselamatan masing – masing dari kita, dan mang ali tetap yang memegang komando,karena dia yang lebih tahu tempat ini dari pada kita.
Setelah selesai membuat pisang goreng dan mencicipinya , kita bergegas dan packing sedikit perbekalan untuk dibawa ke atas.
Saat itu waktu menunjukan pukul 08 : 45 pagi, dan cuaca masih cukup cerah, perlahan kita mulai berjalan kearah puncak dengan naafas sedikit terengah-engah Karena kondisi badan masih dingin juga.
POS 5 KI BIMA – POS 6 TARAWANGSA
Dari pos 5 kita menuju pos 6 ,treknya sudah mulai terasa berat lebih dari pos 4  ke pos 5, tapi kita pelan-pelan saja. Jarak dari pos 5 ke pos 6 itu kurang lebih sekitar  30 menitan, dengan kondisi badan lenggang ,jika normalnya bisa 1 jam lebih,.. di pos 6 lokasinya cukup luas ,lebih luas dari pos 5 ,dan bisa menampung lebih banyak tenda ,hanya saja disini sudah tidak terdapat sumber air, karena sumber air terakhir  berada di pos 5, di sini juga terdapat 2 cabang jalur menuju puncak, jalur lama ( Linggar Jati) dan jalur baru ( Linggasana), saat itu sempat diskusi dulu sebelum melanjutkan perjalanan, mang ali sempat bertanya kepada Rahma, jalur mana yang akan di gunakan, dan akhirnya Rahma mau berbelok arah saja ke jalur lama yaitu ke jalur linggar jati, saya lupa nama pos nya, pokonya sudah di atas tanjakan BAPAK TERE   Ada pohon tumbang lah disana, kita masih melanjutkan perjalanan dan istirahatpun hanya berhenti sejenak tidak sampai duduk, begitu disepanjang jalan.
pos batu lingga jalur pendakian linggar jati
Baru ketika di pos  BATULINGGA LINGGAR JATI   kita berhenti untuk duduk lah, Rahma dan sayapun duduk menyelonjorkan kaki, hanya mang ali saja yang tidak duduk dia masih berdiri, saya pun sempat mengeluarkan cemilan yang saya bawa dan beberapa pisang goreng yang saya bawa,, saat itu waktu menujukan tepat pukul  10;30 siang . tapi sayangnya hanya sebentar kita disana menikmati lelah, kira- baru 3/5 menitan lah, rokok mang alipun belum sempat di nyalakan, eeh tiba tiba ada suara yang tidak asing, tapi jadi pertanyaan.
Ini hujan apa bukan ? atau hanya angin, mang ali sempat bertanya seperti itu, saya kira sih angin saja, eh taunya hujan, dan itu tak lama setelah gerimis langsung menjadi deras, tapi untungnya mang Ali dan Rahma langsung menggunakan jas hujan,saat itu mang Ali sempat bertanya sama Rahma, antara lanjut atau tidak ke puncak, dan Rahma langsung meminta untuk turun kembali ke tenda,karena dia pernah merasakan bagaimana harus muncak dengan kondisi cuaca hujaan,saat itu dia sempat menceritakan pengalamannya yang memaksa muncak ke gunung merbabu saat kondisi hujan, ,saya sih senang lah turun lagi, karena percuma jika harus kepuncak juga yang ada cuman tembok putih penuh ratapan saja, itu juga kalau cuaca tidak lebih buruk.
Akhirnya kitapun turun kembali dengan kondisi badan diguyur hujan sampai tenda, tapi setelah mau sampai pos 5 hujan tidak terlalu deras. Dan saat itu tiba di tenda tepat puku 11:30 siang.
Rahma dan mang ali langsung masuk ke tenda , saya masih di luar untuk mengamankan tenda , dan membetulakan parit di sekitar tenda, saat itu sih saya memakai payung dan masih menggunakan baju, tidak seperti semalam lah,ini mah posisinya sudah tidak danger lah wkwkwk
Setelah selesai saya pun berganti pakayan dan masuk ketenda, lalu kitapun berdiskusi, turun hari itu atau besok,
Ketika awal pendakian niat saya pengen 1 malam saja di atas jika kondisi cuaca tidak buruk,dan memilih berisitirahat di bawah saja ,dan juga biar ada space waktu buat Rahma istirahat ,karena tanggal 25 nya dia harus sudah masuk kerja dan kebetulan masuk pagi. Tapi saya juga tidak memaksakan malah saya pengen menginap lagi di atas, bukan karena apa-apa , melihat kondisi cuaca saat itu hujan di sertai petir terus mengguyur tenda kami, akhirnya kita pun memutuskan untuk turun ke esokan harinya, hari itu hujan baru reda sekitar pukul 8 malam. Bahkan di sore hariketika saya sedang tidur, karena memang sedikit mengantuk, Rahma dan Mang Ali sempat merasakan seperti sengatan listik ,yah mungkin di atas ada yang terkena sambaran petir, mengingat pasak tenda kita juga terbuat dari besi dan golok tramontina juga menacap ke tanah di depan tenda, mungkin karena posisi saya sedang tidur jadi saya tidak terlalu sadar ,dan hanya mereka berdua yang merasaka,malah saya kebangun bukan karena ikut tersengat melainkan karena mereka berdua yang berteriak dan juga suara petir yang memang cuukup kencang, mereka juga sempat bertanya pada saya, tapi yah saya tidak merasakan apa-apa , alhmdulilah hihi, akhirnya yah cengengesan saja ketawa-ketawa di dalam tenda, sambil menunggu hujan reda  kita hanya menghabiskan waktu dengan mengobrol, yang lebih sering mengobrol itu Rahma dan mang Ali, saya tidak terlalu banyak mengobrol hanya mendengarkan saja apa yang mereka obrolkan,yah kadang ikut nimbrung,
Setelah hujan reda kita sempat memasak nasi dulu dan sisa logistic yang masih tersisa untuk mengisi perut kembali sebelum istirahat tidur. Setelah selesai masak dan makan, pukul 10 malam kita baru istirahat tidur.
Dan kembali terbangun sekitar pukul 5 pagi lebih lah, sebenarnya sempat beberapa kali terbangun tapi yah lanjut lagi tidur mau ngapain juga melek tengah hutan hahha.
pos 5 ki bima linggasana (cerita para pejalan)
Setelah terbangun saya pun langsung bergegas turun kebawah untuk mengambil air, karena pasokan air sudah habis , dan untungnya air di bawah sudah bening kembali, awalnya saya kira akan keruh akibat hujan semalam tapi ternyata tidak, stelah itu langsung ke tenda dan sempat memasak air juga untuk membut kopi dan the manis. Kebetulan saat itu Rahma  bawa agar- agar , kita bikin saja , memang tidak masak nasi atau yang lainya, hanya mengisi perut dengan agar saja, karena memang tidak terlalu lapar juga. Saat itu kita sedang asik menikmati suasana pagi dan secangkir kopi, tak lama datang 2 orang pendaki yang berasal dari bekasi, beuh alangkah senangnya saat itu bisa ketemu pendaki juga, Karena sudah 2 hari kita tidak bertemu orang hanya ber3 saja haha, akhirnya kita pun sempat berbincang-bincang sebentar sebelum mereka kembali melanjutkan perjalanan, tapi tidak lama juga mereka mampir ke tenda kita hanya beberapa menit saja, lalu kemudian mereka kembali melanjutkan ke puncak.
Kitapun sama langsung beres-beres saja dan packing, yang pertama packing duluan adalah Rahma, lalu saya, mang Ali terkahir karena kebetulan tenda berada di tas cerrier mang ali,
Setelah semua selesai packing kita sempat berfoto-fhoto dulu dipos 5 , lalu kembali turun menuju basecamp pendakian, kita turun dari pos 5 pukul 09:30 pagi, dan tiba di basecamp itu pukul 12:30 siang.,
Di pos 3 sempat berhenti sejenak untuk mengambil gambar tapi tidak begitu lama hanya sebentar saja. Dan setelah di pos 2 kita juga sempat bertemu 3 pendaki asal purwakarta , dan hanya mereka saja hari itu yang mendaki ke gunung ciremai via jalur linggasana.
pos 5 ki bima
Setelah di basecamp kita juga tidak langsung turun, sempat membersihkan badan dulu sebelum pulang dan mengobrol-ngobrol sama ranger setempat terutama bah yatna yang menanyakan kondisi cuaca di atas.
Setelah itu kita makan dulu karena kebetulan sudah di siapkan oleh abah yatna  ,baru setelah makan kita langsung pulang  kembali ke Jakarta, dari basecamp kita bertiga naik ojeg 2 ojeg, saya dempetan sama mang ali, Rahma misah sendiri, masa iya dempetan 4 di motor,udah kaya anak jaman now saja hahaa. Ojeg dari basecamp sampai jalan raya itu kita bertiga habis Rp.45.000 3 orang, dan tak lama langsung naik bis jurusan kuningan –jakarta ,dari sana kita berangkat pukul  16: 40 dan tiba di terminal kampung rambutan itu pukul 23 : 18 tengah malam.
salah satu spot di kiara lawang ( if Rahma daniyah)
@khoncolongok
Di sini kita baru berpencar , awalnya kita mau naik angkot bertiga ke depok ,cuman takutnya tidak ada angkutan akhirnya Rahma meminta temannya di jemput ke sana , kalau saya sama mang ali mah selau gak pernah mikirin buat tempat tidur, laki mah bebas haha, lagi pula Rahma esok paginya haru sudah masuk kerja lagi. Setelah rahma berangkat saya dan mang ali memutuskan untuk ke depok terlebih dahulu sebelum pulang ke slipi, dan bermalam di rumah teman saya di depok.
Yaah mungkin itu sedikit ulasan cerita pengalaman saya dan teman-teman kemarin saat kita mendaki ke Gn. Ciremai kuningan jawabarat, semoga ada yang bisa menjadi pelajaran buat kalian yang akan hendak mendaki ke Gn. Ciremai ,
Saya dan Rahma masih punya PR di di ciremai  yang belum tuntas, entahlah kapan akan di selelasikan , tapi itu hanya sebuah PR biasa saja ,karena tidak wajib juga ,kita juga memang tidak pernah membuat keharusan untuk selalu sampai kepuncak, karena kita memang bukan pendaki gunung, hanya sekedar menikmati saja tanpa harus berambisi lebih, toh puncak tidak kemana ko, kapan saja juga bisa berangkat lagi kesana , di perjalanan kemarin buat saya priabadi menjadi pelajaran baru ,karena bagi saya setiap tempat yang baru saya kunjungi akan menjadi guru bagi saya untuk belajar termasuk gunung ciremai sendiri.
Pesan dari saya, jangan pernah menganggap puncak sebagai tujuan akhir, puncak itu hanya sebatas bonus kecil di perjalanan,karena tujuan kita yang utama adalah bisa kembali pulang kerumah dengan selamat , jangan menjadikan puncak sebagai sebuah keharusan yang mesti di gapai, karena jika sudah berambisi seperti itu hal-hal yang lain sudah tidak akan di perhitungkan,dan rasa tanggung jawab terhadap orang lain juga akan tidak ada ,karena yang ada hanya mengejar ambisi, tidak sedikit yang mati di puncak di perjalanan karena ulahnya sendiri, memaksa diri melawan alam sementara kita sendiri siapa? Melawan alam itu rasa nya tidak ada pantas pantasnya bagi kita, ikuti saja aturan alam toh tuhan juga akan menilai siapa yang lebih pantas ia berikan nikmat lebih di perjalanan, yang penting kita berjuang tapi dengan catatan tanpa mengesampingkan keselamatan diri dan rombongan, ini bukan saya bermaksud menasehati ,memang kadang jika dari segi tulisan seperti seakan di buat-buat, tapi yah ini yang saya terima dari teman-teman yang selalu mengingatkan saya,dan yang saya alami sendiri, karena ceroboh hanya akan mendatangkan masalah.
Terimakasih sudah bersedia membaca, maaf jika kepanjangan, saya sendiri saja cape ngetiknya wkwkwkw.
Salam petualangan,salam rimba,dan salam lestari.

Baca juga
Lokasi: Mount Cereme, Bantaragung, Sindangwangi, Majalengka Regency, West Java, Indonesia

Komentar Facebook